Ngaji Filsafat Bersama Dr. Fahruddin Faiz | Pendakian Menuju Allah berdasarkan ajaran Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

 



Pendakian Menuju Allah
Pada perjalanan spiritual manusia menuju Allah, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah memaparkan berbagai tingkatan hidayah, bentuk ibadah, serta kondisi hati yang harus dijaga. Ia menjelaskan bahwa ibadah adalah inti penghambaan kepada Allah, sementara isti'anah (meminta pertolongan) merupakan sarana yang mendukung pelaksanaannya.

Tingkatan Hidayah
Hidayah atau petunjuk dari Allah hadir dalam berbagai bentuk, dari yang tertinggi hingga yang sederhana:
  1. Komunikasi langsung Allah dengan Nabi dalam keadaan sadar.
  2. Wahyu khusus untuk para Nabi.
  3. Pengutusan malaikat sebagai perantara wahyu.
  4. Bisikan hati kepada para wali.
  5. Pemahaman langsung (ilmu laduni).
  6. Penjelasan ilmu melalui manusia lainnya.
  7. Pertolongan Allah dalam memahami kebenaran.
  8. Ilham yang diberikan kepada hati.
  9. Mimpi yang benar sebagai petunjuk.
Ibadah dan Isti’anah
Ibadah selalu lebih utama daripada isti'anah karena:
  1. Ibadah adalah hak Allah, sedangkan isti'anah adalah kebutuhan manusia.
  2. Ibadah mencakup seluruh aspek penghambaan, sedangkan isti'anah adalah salah satu bentuk doa.
  3. Ibadah mendahului isti'anah sebagai wujud syukur dan pengakuan terhadap nikmat Allah.

Manusia sendiri terbagi berdasarkan hubungan mereka dengan ibadah dan isti'anah:

  • Mereka yang ikhlas beribadah dan meminta pertolongan kepada Allah.
  • Mereka yang enggan beribadah maupun beristi'anah.
  • Mereka yang beribadah tanpa bergantung pada isti'anah (contohnya Qadariyah).
  • Mereka yang beristi'anah tetapi mengabaikan ibadah.
Dasar Ibadah
Ibadah yang diterima harus memenuhi dua syarat:
  1. Ikhlas kepada Allah.
  2. Sesuai dengan sunnah Rasulullah.
"Tugas iyyaka Na'budu dibebankan kepada hati terlebih dahulu sebelum dibebankan kepada anggota tubuh. Jika ingin tugas ini di abaikan, maka yg muncul adalah kebalikannya."

Kondisi Hati dalam Ibadah

Hati yang harus dijaga:

  • Ikhlas, tawakal, cinta, sabar, pasrah, takut, berharap, pembenaran, dan niat.

Hati yang dilarang:

  • Takabbur, riya', ujub, putus asa, merasa aman dari murka Allah, dengki, iri, menyukai kejahatan, lalai, dan kemunafikan.
Manifestasi Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta’in
Perjalanan menuju Allah dimulai dengan:
        1. Al-Yaqzah (kesadaran hati setelah lalai)
        2. Al-Azm (tekad yang kuat)
        3. Al-Fikrah (pikiran yang terfokus pada Allah)
        4. Al-Bashirah (cahaya dari Allah yang membimbing pemahaman).

Muhasabah dan Taubah
Muhasabah (introspeksi) adalah pintu menuju taubah. Agar efektif, introspeksi memerlukan ilmu dan kesadaran untuk:
  1. Membandingkan nikmat Allah dengan kejahatan diri.
  2. Memahami hak dan kewajiban.
  3. Tidak merasa puas dengan ketaatan yang dilakukan, melainkan tetap meminta ampun atas kekurangan dalam ibadah.
Riyadah: Melatih Jiwa Menuju Kebenaran
Riyadah melatih jiwa untuk taat pada Allah, dimulai dari tingkatan awam, khusus, hingga lebih khusus. Setiap tahap menuntut peningkatan ilmu, pengamalan, dan kesetiaan pada Allah.

Mahabbah (Cinta kepada Allah)
Cinta kepada Allah bertingkat-tingkat:
  1. Alaqah (hubungan awal).
  2. Iradah (keinginan untuk dekat).
  3. Shababah (rasa melimpah).
  4. Gharam (cinta menyala).
  5. Widad (kasih sayang mendalam).
  6. Syaqaf (cinta mendalam).
  7. Isyq (cinta memuncak).
  8. Tatayyum (pasrah total).
  9. Ta’abbud (menghambakan diri).
  10. Khullah (cinta yang merasuk).
Pesan Hikmah Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

"Dia yang senantiasa menjaga hatinya dekat dengan tuhan akan menemukan kedamaian dan ketentraman. Sementara dia yang senantiasa memberikan hatinya kepada manusia akan menemukan kegelisahan dan ketakutan."

"Jangan rusak kebahagiaanmu dengan kekhawatiran, jangan rusak pikiranmu dengan pesimisme, jangan rusak kesuksesanmu dengan kecurangan, jangan rusak optimisme orang lain dengan menghancurkannya, jangan rusak harimu dengan melihat kembali hari kemarin."

" Sabar adalah ketika hati tidak meratap dan mulut tudak mengeluh. Ketika Allah memberi cobaan kepadamu, itu tidak dimaksudkan untuk menghacurkanmu, Saat dia menghapus sesuatu yang menjadi milikmu, itu hanya mengosongkan tanganmu untuk menerima suatu pemberian yang lebih besar."

"Tidak ada yang paling disukai oleh setan, selain melihat seorang mukmin yang berhati murung."

"Tangisan taubat seorang pendosa lebih Allah cintai daripada tasbihnya seorang yang sombong."

"Ketika kamu memiliki pengetahuan, seseorang bisa saja membawakan kotoran kepadamu dan kamu akan mempercayai itu bisa menjadi emas."

"Dunia ini ibarat bayangan. Kejar dia dan engkau tak akan pernah bisa menangkapnya. Balikkan badanmu darinya dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu."



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngaji Filsafat Bersama Dr. Fahruddin Faiz: Petunjuk Menuju Allah oleh Al- Haris al-Muhasibi

Filosofi Pendidikan Anak : Maria Montessori