Filosofi Pendidikan Anak : Maria Montessori


Beberapa waktu lalu akau sedang membaca buku karya Dr. Fahruddin Faiz yang berjudul "Filosofi Pendidikan Anak". Dalam buku tersebut berisikan sudut pandang mengenai pendidikan dari 4 tokoh besar, yaitu Maria Montessori, Rabindranath Tagore, Abdullah Nashih 'Ulwan dan Ki Hadjar Dewantara. Belum melekat rasanya, jika hanya sekedar dibaca tidak di catat. Oleh karena itu, di sela keheningan aku mencoba untuk menuliskan poin penting dari buku tersebut. Dan kali ini aku mulai dari tokoh pertama yakni Maria Montessori. 

Maksud dari penulisan ini bukan untuk plagiat atau lainnya, tetapi murni karena aku senang mengetik dan memperkuat ingatan dari apa yang aku dpat dan baca serta ingin bisa berbagi kebermanfaatan melalui tulisan, meskipun tulisan tersebut bukan berasal dari kerangka berfikirku. 

Selamat menyelami:)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Maria Montessori merupakan seorang pemikir, dokter, filosof, ilmuan dan pendidik. Gagasan utama dari Montessori adalah tentang pendidikan anak. Montessori berasal dari Italia. Lahir 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, Italia, dan meninggal pada 6 Mei 1952 di Noordwijk, Belanda. Montessori berkuliah di Universitas Roma, Jurusan Kedokteran. 

Ada tiga asumsi Montessori mengenai pendidikan anak. Yang pertama, Pendidikan dimulai sejak lahir. Pendidikan harus dimulai sejak lahir, karena manusia merupakan paket potensi, bukan paket jadi. Dalam dirinya ada banyak potensi yang bermacam-macam dan lengkap. Tinggal tergantung mau mengaktivasikan atau tidak potensi yang ada. Bahkan ada pandangan yang mengatakan jauh lebih awal lagi, yakni sejak anak dalam kandungan, ibu sudah mulai mendengarkan instrumen klasik, suara ngaji dan lain sebagainya. 

Kedua, anak-anak adalah kendaraan menuju masa depan yang lebih baik.  Fitrahnya manusia berketurunan antara lain dalam rangka melanjutkan cita-cita, mewujudkan cita-cita, yang terkadang tidak sampai diraih pada saat ini. Anak cucunyalah yang kemudian melanjutkan bahwakan mewujdukan harapan dan cita-cita. Maka, mari melihat anak-anak sebagai aset untuk masa deppan, untuk kemanusiaan.

 Ketiga, Proyek paling besar adalah pendidikan.  Cara vagaiamana mengelola generasi yang akan datang agar siap, agar mengalami perubahan yang lebih baik dari zaman sekarang bertumpu pada pendidikan. Lewat pendidikan dapat mengaktivasi potensi anak-anak. Sebagaimana dalam islam "Tholabul ilmi faridhotun 'ala kulli muslimin". Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagai setiap muslim dari buaian sampai liang lahat. Tidak mecari ilmu berarti meninggalkan kewajiban. 

"Pendidikan yang mampu menyelamatkan umat manusia bukanlah pekerjaan kecil. Hal itu berkaitan dengan perkembangan spiritual manusia, peningkatan nilainya sebagai individu, dan persiapan kaum muda untuk memahami zaman dimana mereka hidup." -Maria Montessori

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngaji Filsafat Bersama Dr. Fahruddin Faiz | Pendakian Menuju Allah berdasarkan ajaran Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

Ngaji Filsafat Bersama Dr. Fahruddin Faiz: Petunjuk Menuju Allah oleh Al- Haris al-Muhasibi